Rusia akan Kirim 'Relawan Bersenjata' ke Suriah
Indonesian Free Press -- Rusia semakin menunjukkan keseriusannya dalam mendukung regim Bashar al Assad dengan memberi sinyal akan mengirimkan 'relawan bersenjata' ke Suriah. Rusia juga telah menempatkan kapal perang dengan sistem pertahanan udara paling canggih di dunia S-300 di lepas pantai Suriah yang secara efektif menjadikan wilayah udara Suriah, sebagian Turki dan Israel berada di bawah kendali Rusia.
Sebagaimana dilaporkan The New York Times, Senin (5 Oktober), ini merupakan perkembangan yang semakin berbahaya dalam konflik Suriah yang telah berlangsung lebih dari 4 tahun dan menelan nyawa seperempat juta orang.
"Tambahan pasukan darat Rusia setelah serangan-serangan udara yang telah dilakukan Rusia, secara khusus telah mengancam kebijakan Turki terhadap Suriah, yang menginginkan dibentuknya zona penyangga di perbatasan Suriah-Turki," demikian tulis media terkemuka Amerika itu.
"Rusia dan Iran telah meningkatkan kekuatannya secara agresif untuk membantu sekutu mereka Presiden Bashar al-Assad, untuk memerangi kelompok-kelompok pemberontak. Dukungan itu telah menimbulkan keyakinan bahwa sebuah serangan darat baru akan dilakukan oleh pasukan Assad terhadap para pemberontak, termasuk kelompok-kelompok yang didukung oleh Amerika, Turki dan sekutu-sekutu mereka yang menginginkan Assad untuk mundur," tambah laporan itu.
Amerika dan sekutu-sekutunya menentang langkah militer Rusia di Suriah karena dianggap lebih banyak menghancurkan pemberontak dukungan Amerika dan sekutu-sekutunya. Mereka menuduh langkah Rusia ini hanya memperbutuk konflik. Namun Iran dan Irak secara terbuka menyatakan dukungan terhadap langkah Rusia. Warga Suriah, terutama pendukung Bashar al Assad bahkan menganggap Rusia sebagai pahlawan mereka.
Rencana pengiriman 'sukarelawan bersenjata' ini, jika benar, kemungkinan sebagai respon atas permintaan pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov kepada Rusia untuk mengirimkan pasukan khusus Chechnya ke Suriah untuk memerangi kelompok-kelompok teroris takfiri. Sebagaimana diketahui, Ramzan Kadyrov merupakan sekutu kuat Rusia dan bersama Rusia berhasil memadamkan pemberontakan kelompok-kelompok takfiri di Chechnya.
Pengiriman 'milisi bersenjata' dari Chechya atau Rusia bisa mengelakkan Rusia dari tuduhan mengerahkan pasukannya di Suriah, meski dalam praktinya sangat mudah untuk menyamarkan pasukan reguler yang profesional dengan 'milisi sipil bersenjata'.
Rusia Tempatkan Kapal Perang dengan S-300
Sementara itu media Israel yang dikenal dekat dengan inteligen Israel, Debkafile, pada hari yang sama melaporkan bahwa Rusia telah menempatkan kapal perang jelajah 'Moskva' di lepas pantai Latakia. Kapal ini dilengkapi dengan 64 rudal S-300 yang merupakan sistem pertahanan udara terbaik di dunia.
"Jumat, tanggal 2 Oktober, Departemen Pertahanan Rusia secara mengejutkan mengumumkan penggelaran kapal jelajah 'Moskva', yang dipersenjatai dengan 64 rudal canggih S-300 ke lepas pantai Latakia," demikian laporan itu menyebutkan.
Debkafile menyebutkan bahwa langkah tersebut secara efektif telah menciptakan 'zona larangan terbang' di sebagian besar wilayah Suriah, Israel utara termasuk Golan, selatan Turki dimana terdapat pangkalan udara Amerika yang digunakan dalam penyerangan udara ke Suriah, Siprus dimana terdapat pangkalan udara Inggris, serta Yordania.
Hal tersebut, menurut laporan, menunjukkan bahwa Rusia berhasil 'menelikung' rencana 'zona larangan terbang' Amerika dan sekutu-sekutunya yang telah direncanakan sejak tahun 2012.
"Keberadaan rudal-rudal S-300 itu membuat Turki, Inggris, Israel dan Yordania harus mengkoordinasikan operasi udara mereka dengan Rusia atau menghadapi resiko ditembak jatuh," tambah laporan itu lagi.
Menurut laporan Debkafile hanya pesawat-pesawat generasi 5 yang bisa menghindar dari sergapan rudal-rudal S-300, dan pesawat seperti itu hanya dimiliki oleh Amerika, Rusia dan Cina. Sejumlah laporan bahkan menyebutkan bahwa sistem pertahanan udara Rusia berhasil memecahkan kendala yang membuat pesawat-pesawat generasi 5 tidak terdeteksi oleh sistem radar konvensional. Dengan kata lain, pesawat generasi 5 Amerika juga bisa terdeteksi oleh S-300 dan ditembak jatuh.
Tidak hanya pesawat terbang, S-300 juga efektif untuk menembak jatuh rudal-rudal jelajah seperti Tomahawk yang menjadi andalan Amerika dan sekutu-sekutunya.
Kehadiran rudal-rudal S-300 inilah yang diduga kuat menjadi alasan kedatangan delegasi militer Rusia ke Israel hari Selasa ini (6 Oktober) menemui panglima tentara Israel Jendral Yair Golan. Sebelumnya Presiden Vladimir Putin telah berjanji kepada PM Israel Benyamin Netanyahu dalam pertemuan di Moskow tanggal 21 September untuk tidak menggelar rudal S-300 di Suriah.
"Sumber-sumber militer kami menyebutkan bahwa serangan-serangan udara Rusia tidak dibatasi di wilayah tertentu, namun penambahan rudal-rudal S-300 ini akan memperluas pilihan Rusia," tulis laporan Depkafile.(ca)
Sebagaimana dilaporkan The New York Times, Senin (5 Oktober), ini merupakan perkembangan yang semakin berbahaya dalam konflik Suriah yang telah berlangsung lebih dari 4 tahun dan menelan nyawa seperempat juta orang.
"Tambahan pasukan darat Rusia setelah serangan-serangan udara yang telah dilakukan Rusia, secara khusus telah mengancam kebijakan Turki terhadap Suriah, yang menginginkan dibentuknya zona penyangga di perbatasan Suriah-Turki," demikian tulis media terkemuka Amerika itu.
"Rusia dan Iran telah meningkatkan kekuatannya secara agresif untuk membantu sekutu mereka Presiden Bashar al-Assad, untuk memerangi kelompok-kelompok pemberontak. Dukungan itu telah menimbulkan keyakinan bahwa sebuah serangan darat baru akan dilakukan oleh pasukan Assad terhadap para pemberontak, termasuk kelompok-kelompok yang didukung oleh Amerika, Turki dan sekutu-sekutu mereka yang menginginkan Assad untuk mundur," tambah laporan itu.
Amerika dan sekutu-sekutunya menentang langkah militer Rusia di Suriah karena dianggap lebih banyak menghancurkan pemberontak dukungan Amerika dan sekutu-sekutunya. Mereka menuduh langkah Rusia ini hanya memperbutuk konflik. Namun Iran dan Irak secara terbuka menyatakan dukungan terhadap langkah Rusia. Warga Suriah, terutama pendukung Bashar al Assad bahkan menganggap Rusia sebagai pahlawan mereka.
Rencana pengiriman 'sukarelawan bersenjata' ini, jika benar, kemungkinan sebagai respon atas permintaan pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov kepada Rusia untuk mengirimkan pasukan khusus Chechnya ke Suriah untuk memerangi kelompok-kelompok teroris takfiri. Sebagaimana diketahui, Ramzan Kadyrov merupakan sekutu kuat Rusia dan bersama Rusia berhasil memadamkan pemberontakan kelompok-kelompok takfiri di Chechnya.
Pengiriman 'milisi bersenjata' dari Chechya atau Rusia bisa mengelakkan Rusia dari tuduhan mengerahkan pasukannya di Suriah, meski dalam praktinya sangat mudah untuk menyamarkan pasukan reguler yang profesional dengan 'milisi sipil bersenjata'.
Rusia Tempatkan Kapal Perang dengan S-300
Sementara itu media Israel yang dikenal dekat dengan inteligen Israel, Debkafile, pada hari yang sama melaporkan bahwa Rusia telah menempatkan kapal perang jelajah 'Moskva' di lepas pantai Latakia. Kapal ini dilengkapi dengan 64 rudal S-300 yang merupakan sistem pertahanan udara terbaik di dunia.
"Jumat, tanggal 2 Oktober, Departemen Pertahanan Rusia secara mengejutkan mengumumkan penggelaran kapal jelajah 'Moskva', yang dipersenjatai dengan 64 rudal canggih S-300 ke lepas pantai Latakia," demikian laporan itu menyebutkan.
Debkafile menyebutkan bahwa langkah tersebut secara efektif telah menciptakan 'zona larangan terbang' di sebagian besar wilayah Suriah, Israel utara termasuk Golan, selatan Turki dimana terdapat pangkalan udara Amerika yang digunakan dalam penyerangan udara ke Suriah, Siprus dimana terdapat pangkalan udara Inggris, serta Yordania.
Hal tersebut, menurut laporan, menunjukkan bahwa Rusia berhasil 'menelikung' rencana 'zona larangan terbang' Amerika dan sekutu-sekutunya yang telah direncanakan sejak tahun 2012.
"Keberadaan rudal-rudal S-300 itu membuat Turki, Inggris, Israel dan Yordania harus mengkoordinasikan operasi udara mereka dengan Rusia atau menghadapi resiko ditembak jatuh," tambah laporan itu lagi.
Menurut laporan Debkafile hanya pesawat-pesawat generasi 5 yang bisa menghindar dari sergapan rudal-rudal S-300, dan pesawat seperti itu hanya dimiliki oleh Amerika, Rusia dan Cina. Sejumlah laporan bahkan menyebutkan bahwa sistem pertahanan udara Rusia berhasil memecahkan kendala yang membuat pesawat-pesawat generasi 5 tidak terdeteksi oleh sistem radar konvensional. Dengan kata lain, pesawat generasi 5 Amerika juga bisa terdeteksi oleh S-300 dan ditembak jatuh.
Tidak hanya pesawat terbang, S-300 juga efektif untuk menembak jatuh rudal-rudal jelajah seperti Tomahawk yang menjadi andalan Amerika dan sekutu-sekutunya.
Kehadiran rudal-rudal S-300 inilah yang diduga kuat menjadi alasan kedatangan delegasi militer Rusia ke Israel hari Selasa ini (6 Oktober) menemui panglima tentara Israel Jendral Yair Golan. Sebelumnya Presiden Vladimir Putin telah berjanji kepada PM Israel Benyamin Netanyahu dalam pertemuan di Moskow tanggal 21 September untuk tidak menggelar rudal S-300 di Suriah.
"Sumber-sumber militer kami menyebutkan bahwa serangan-serangan udara Rusia tidak dibatasi di wilayah tertentu, namun penambahan rudal-rudal S-300 ini akan memperluas pilihan Rusia," tulis laporan Depkafile.(ca)
Rusia akan Kirim 'Relawan Bersenjata' ke Suriah
Reviewed by mm
on
02:53:00
Rating: