Abaikan Perjanjian Nuklir, Iran Terus Kembangkan Kekuatan Militer

Indonesian Free Press -- Di bawah perjanjian nuklir dengan negara-negara maju yang tertuang dalam Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) yang ditandatangani di Wina pada 14 Juli lalu, Iran dilarang mengembangkan senjata ballistik selama 8 tahun dan dilarang membeli senjata konvensional dari negara lain selama 5 tahun. Namun, dalam beberapa waktu terakhir Iran tampak mengabaikan hal ini.

Pertama adalah pembelian sistem pertahanan udara S-300 Rusia. Pembelian senjata yang kontraknya ditandatangani tahun 2007 ini telah dibekukan oleh Rusia tahun 2010 lalu, namun sejak bulan April lalu setelah dicairkan kembali oleh Presiden Rusia Vladimir Putin, setelah Iran mencapai kesepakatan dasar dengan negara-negara maju tentang program nuklirnya. Kini pembelian senjata itu telah mulai direalisasikan.

Kedua adalah ujicoba rudal-rudal ballistik Iran yang terus berlangsung. Terakhkir seperti dilaporkan IFP adalah peluncuran rudal .Ghadr-110 pada tanggal 21 November lalu. (Lihat di sini).

Ketiga adalah rencana Iran membeli tank-tank utama modern Rusia T-90.

Pada hari Selasa (8 Desember) Komandan Angkatan Darat Iran Ahmad Reza Pourdastan mengatakan kepada media Iran bahwa mengumumkan rencana pembelian sejumlah tank T-90 Rusia, menyusul pengiriman sistem pertahanan udara S-300.

"Kerjasama militer kami dengan Rusia terus berkembang. Kami telah menandatangani kontrak pertama pembelian S-300. Kemudian, terkait dengan itu adalah pembelian tank T-90. Kami berharap bahwa kontrak-kontrak yang relevan bisa diselesaikan dan para pakar kami bisa terbang ke Rusia untuk berlatih," kata jendral Iran tersebut.

Tank T-90 yang digunakan sebagai tank utama oleh militer Rusia sejak dekade 1990-an telah mengalami sejumlah perombakan untuk meningkatkan kemampuannya. Tank ini cukup populer di dunia internasional, digunakan oleh sejumlah negara seperti Azerbaijan, Aljazair dan India. India bahkan memiliki lebih dari 850 tank T-90s. Bulan lalu muncul sejumlah laporan beberapa tank ini telah berada di Suriah dan digunakan oleh pasukan Divisi Mekanik ke-4 tentara nasional Suriah.

Tentang 'pelanggaran' Iran atas perjanjian nuklirnya, Jendral Pourdastan berdalih bahwa perjanjian itu tidak berlaku dalam konteks Iran yang tengah menghadapi ancaman terorisme di kawasan.

"Iran berhak menggunakan apapun untuk mempertahankan diri dari ancaman terorisme," katanya.

Hal ini pun didukung oleh Abouzar Bagheri, pakar politik dan ahli militer timur tengah dalam wawancara dengan situs Sputnik International. Menurutnya semua negara berhak untuk menemukan berbagai cara untuk mempertahankan diri dari ancaman.

"Setiap negara memiliki hak untuk memperkuat diri untuk mempertahankan wilayahnya dari semua ancaman, dan Iran tidak terkecuali," kata Bagheri.

Para ahli kini meyakini, dengan perkembangan yang terjadi di kawasan timur tengah akhir-akhir ini Iran tidak saja hanya menjadi mitra bisnis Rusia, namun telah menjadi mitra strategis dalam memerangi ancaman terorisme. Aksi bersama keduanya di Suriah mendukung Presiden Bashar al Assad memerangi kelompok-kelompok teroris dukungan zionis internasional telah membuktikan hal itu.

"Iran telah berkali-kali menyatakan bahwa ia tidak hanya akan membela diri dari ancaman asing, namun juga membela orang-orang yang tertindas di kawasan," kata Bagheri.

Sebagaimana diketahui Iran adalah pendukung kuat perjuangan Palestina. Iran juga berhasil membangkitkan orang-orang Syiah Lebanon dari kelompok marginal menjadi kelompok paling kuat di negara itu (Hizbollah).(ca)
Abaikan Perjanjian Nuklir, Iran Terus Kembangkan Kekuatan Militer Abaikan Perjanjian Nuklir, Iran Terus Kembangkan Kekuatan Militer Reviewed by mm on 07:05:00 Rating: 5
Powered by Blogger.