Sejenak Bersama Pasukan Iran di Aleppo
Indonesian Free Press -- Iran sangat tertutup tentang kehadiran mereka dalam konflik di Suriah, demi menghindari sentimen sektarian Sunni-Shiah yang akan menambah besar konflik. Maka, jika Iran memamerkan kehadiran pasukannya di Suriah, tentu ada maksudnya.
Demikian juga, ketika mereka membiarkan wartawan senior Inggris, Robert Fisk, melaporkan keberadaan mereka di medan perang Aleppo, dalam laporannya di The Independent tanggal 24 Februari lalu. Setidaknya Iran kini memahami bahwa sembunyi-sembunyi kini tidak ada lagi artinya, setelah Turki dan Saudi secara terang-terangan memberikan dukungan pada para teroris. Hal ini justru memberikan nilai positif bagi Iran, karena berarti mereka tengah memerangi terorisme.
"Kami tahu saat mereka mendekati kami di garis depan pertempuran di luar Aleppo. Tentara Pengawal Revolusi Iran, tidak lagi sekedar penasihat militer melainkan pasukan yang bertempur bersama pasukan Suriah, muncul dengan seragam loreng abu-abunya, lancar berbicara Arab dengan kami meski tidak sempurna, dan saling berbicara dengan bahasa Parsi antara mereka," tulis Fisk dalam laporannya.
Ada beberapa hal menarik yang sengaja dituliskan Fisk dalam laporannya itu. Pertama adalah motif tentara-tentara Iran itu, yang memandang peperangan mereka tidak sekedar berdasar motif politik, namun juga jihad. Hal itu sama, ketika Fisk melakukan laporan jurnalistik dalam Perang Iran-Irak tahun 1980-an.
"Kami membuat perbedaan jelas antara kematian dan syahid," kata seorang komandan militer Iran kepada Fisk.Ia pun mengatakan, betapa senang prajurit-prajurit Iran jika bisa meninggal secara syahid.
Namun, di mata mereka mati syahid tidak harus dengan cara berperang. "Di mata saya, Anda yang di sini untuk mencari kebenaran perang dan membagikannya kepada dunia, jika Anda meninggal di sini, maka Anda juga syahid," tambahnya.
Yang juga menarik dalam tulisan itu adalah bagaimana para prajurit Iran itu memberlakukannya secara terhormat. Selain karena mereka telah mendengar reputasi Fisk secara internasional, juga karena 'kebudayaan' mereka.
"Ada lebih banyak senyuman dari prajurit Iran yang muncul dengan sepeda motor dan Toyota. Dan kemudian, komandan itu berjalan ke kendaraananya dan kembali dengan satu kotak besar manisan Arab dan memberikannya kepada kami. Betapa ia adalah orang Iran sejati (How very Iranian of him). Inggris mendukung ISIS, namun ia bersedia memberi makanan kepada wartawan Inggris di medan perang," tulis Fisk lagi.
Sekedar catatan, Robert Fisk terkenal karena integritasnya sebagai wartawan. Dalam laporan-laporannya tentang konflik Suriah, ia bahkan cenderung 'memusuhi' regim Bashar al Assad dan blok yang mendukungnya. Maka apa yang ditulis tersebut, yang 'memuji' par prajurit Iran, hampir dipastikan adalah kebenaran.(ca)
Demikian juga, ketika mereka membiarkan wartawan senior Inggris, Robert Fisk, melaporkan keberadaan mereka di medan perang Aleppo, dalam laporannya di The Independent tanggal 24 Februari lalu. Setidaknya Iran kini memahami bahwa sembunyi-sembunyi kini tidak ada lagi artinya, setelah Turki dan Saudi secara terang-terangan memberikan dukungan pada para teroris. Hal ini justru memberikan nilai positif bagi Iran, karena berarti mereka tengah memerangi terorisme.
"Kami tahu saat mereka mendekati kami di garis depan pertempuran di luar Aleppo. Tentara Pengawal Revolusi Iran, tidak lagi sekedar penasihat militer melainkan pasukan yang bertempur bersama pasukan Suriah, muncul dengan seragam loreng abu-abunya, lancar berbicara Arab dengan kami meski tidak sempurna, dan saling berbicara dengan bahasa Parsi antara mereka," tulis Fisk dalam laporannya.
Ada beberapa hal menarik yang sengaja dituliskan Fisk dalam laporannya itu. Pertama adalah motif tentara-tentara Iran itu, yang memandang peperangan mereka tidak sekedar berdasar motif politik, namun juga jihad. Hal itu sama, ketika Fisk melakukan laporan jurnalistik dalam Perang Iran-Irak tahun 1980-an.
"Kami membuat perbedaan jelas antara kematian dan syahid," kata seorang komandan militer Iran kepada Fisk.Ia pun mengatakan, betapa senang prajurit-prajurit Iran jika bisa meninggal secara syahid.
Namun, di mata mereka mati syahid tidak harus dengan cara berperang. "Di mata saya, Anda yang di sini untuk mencari kebenaran perang dan membagikannya kepada dunia, jika Anda meninggal di sini, maka Anda juga syahid," tambahnya.
Yang juga menarik dalam tulisan itu adalah bagaimana para prajurit Iran itu memberlakukannya secara terhormat. Selain karena mereka telah mendengar reputasi Fisk secara internasional, juga karena 'kebudayaan' mereka.
"Ada lebih banyak senyuman dari prajurit Iran yang muncul dengan sepeda motor dan Toyota. Dan kemudian, komandan itu berjalan ke kendaraananya dan kembali dengan satu kotak besar manisan Arab dan memberikannya kepada kami. Betapa ia adalah orang Iran sejati (How very Iranian of him). Inggris mendukung ISIS, namun ia bersedia memberi makanan kepada wartawan Inggris di medan perang," tulis Fisk lagi.
Sekedar catatan, Robert Fisk terkenal karena integritasnya sebagai wartawan. Dalam laporan-laporannya tentang konflik Suriah, ia bahkan cenderung 'memusuhi' regim Bashar al Assad dan blok yang mendukungnya. Maka apa yang ditulis tersebut, yang 'memuji' par prajurit Iran, hampir dipastikan adalah kebenaran.(ca)
Sejenak Bersama Pasukan Iran di Aleppo
Reviewed by mm
on
16:58:00
Rating: