Teroris Lari dari Aleppo, Media Barat Sebut Eksodus Pengungsi
Indonesian Free Press -- Dalam beberapa hari terakhir media-media dan para pejabat negara-negara terkooptasi zionis (ZOG), baik di Barat maupun Arab, ramai-ramai memberitakan tentang krisis pengungsi Aleppo.
Disebutkan bahwa akibat serangan udara Rusia dan pasukan Suriah terhadap Aleppo, puluhan ribu warga kota itu meninggalkan kota itu, sebagian besar ke perbatasan Turki di utara Suriah. Hal ini menimbulkan krisis kemanusiaan yang harus ditangani dunia internasional, termasuk dengan mengirim pasukan 'perdamaian' ke Suriah.
Tidak bisa dipungkiri bahwa peperangan telah menimbulkan korban sipil yang besar. Namun dalam konteks ini, para pengungsi dari kota Aleppo ini sebenarnya adalah para pemberontak teroris dan keluarganya yang berusaha menyelamatkan diri setelah pasukan Suriah dan sekutu-sekutunya semakin mengancam kedudukan mereka di Aleppo. Dan seperti biasa, para pejabat yang didukung media-media ZOG berusaha memanfaatkan segala situasi demi kepentingan mereka.
Kita tidak lupa bagaimana media-media barat mengklaim keberhasilan operasi udara NATO dan Amerika terhadap konvoi-konvoi kendaraan pengangkut minyak illegal kelompok ISIS, lengkap dengan gambar-gambar dan foto-fotonya. Padahal operasi udara itu sebenarnya dilakukan oleh Rusia.
Itu dilakukan setelah masyarakat dunia menyadari bahwa operasi militer anti-ISIS yang digelar oleh koalisi pimpinan Amerika selama setahun lebih, ternyata hanyalah kebohongan. Untuk menutupinya, mereka menggunakan gambar-gambar dan foto-foto operasi udara Rusia untuk kepentingan politik mereka.
Demikian juga dengan masalah ribuan teroris yang melarikan diri dari Aleppo. Mereka memanfaatkannya untuk memenuhi agenda politik ZOG. Setelah proyek penghancuran Suriah terancam mengalami kegagalan akibat campur tangan Rusia, mereka pun mencari alasan untuk mengirim pasukan ke Suriah demi mencegah kehancuran lebih besar proyek mereka.
Setelah bertahun-tahun Aleppo hancur oleh aksi para teroris pemberontak Suriah dan Turki turut berperan dalam penghancuran itu, secara tiba-tiba saja Perdana Menteri Turki Davotoglu mengatakan tentang 'hutang sejarah' Turki kepada Aleppo. Untuk itu, ia mengatakan Turki akan mengirim pasukan untuk 'menyelamatkan' Aleppo.
Ini terjadi hanya beberapa hari setelah Saudi, Qatar, dan Uni Emirat mengatakan kesiapan untuk mengirim pasukan ke Suriah, dan pernyataan ini didukung oleh pemerintah Amerika.
Sementara Rusia telah mengendus persiapan Turki untuk menyerang Suriah dan mengingatkan untuk tidak melakukan hal itu, dan Iran memperingatkan Saudi untuk tidak turut campur dalam konflik Suriah, negara-negara ZOG membutuhkan alasan untuk menyelamatkan para teroris yang melarikan diri dari Aleppo. Maka dibuatlah alasan dengan memanfaatkan para teroris yang melarikan diri itu dan menyebutnya sebagai 'krisis pengungsi'.
Kanselir Jerman Angela Merkel, sebagai contoh, dalam kunjungan ke Turki minggu ini, mengatakan kepada wartawan bahwa ia 'khawatir dengan krisis kemanusiaan yang disebabkan oleh serangan udara Rusia di sekitar Aleppo'. Padahal selama ini ia tidak pernah merasa 'khawatir' dengan krisis kemanusiaan di Suriah yang telah menelan korban hingga 250.000 jiwa.
Sementara 'Voice of America', media pemerintah Amerika, melaporkan: "Offensif pasukan Suriah yang didukung Rusia, pasukan dan milisi dari Iran, Lebanon, Afghanistan, telah memicu terjadinya krisis kemanusiaan dengan larinya ribuan warga sipil menuju perbatasan Turki, kata para aktifis politik dan komandan pemberontak."
Lihatlah, bagaimana 'Voice of America' menggunakan 'para aktifis politik' dan 'komandan pemberontak' sebagai narasumber. Padahal setidaknya sebagian dari mereka adalah para teroris.
Hal ini diikuti dengan langkah serius negara-negara ZOG dengan menggelar pertemuan di Brussels untuk membicarakan rencana penggelaran pasukan di Suriah.(ca)
Disebutkan bahwa akibat serangan udara Rusia dan pasukan Suriah terhadap Aleppo, puluhan ribu warga kota itu meninggalkan kota itu, sebagian besar ke perbatasan Turki di utara Suriah. Hal ini menimbulkan krisis kemanusiaan yang harus ditangani dunia internasional, termasuk dengan mengirim pasukan 'perdamaian' ke Suriah.
Tidak bisa dipungkiri bahwa peperangan telah menimbulkan korban sipil yang besar. Namun dalam konteks ini, para pengungsi dari kota Aleppo ini sebenarnya adalah para pemberontak teroris dan keluarganya yang berusaha menyelamatkan diri setelah pasukan Suriah dan sekutu-sekutunya semakin mengancam kedudukan mereka di Aleppo. Dan seperti biasa, para pejabat yang didukung media-media ZOG berusaha memanfaatkan segala situasi demi kepentingan mereka.
Kita tidak lupa bagaimana media-media barat mengklaim keberhasilan operasi udara NATO dan Amerika terhadap konvoi-konvoi kendaraan pengangkut minyak illegal kelompok ISIS, lengkap dengan gambar-gambar dan foto-fotonya. Padahal operasi udara itu sebenarnya dilakukan oleh Rusia.
Itu dilakukan setelah masyarakat dunia menyadari bahwa operasi militer anti-ISIS yang digelar oleh koalisi pimpinan Amerika selama setahun lebih, ternyata hanyalah kebohongan. Untuk menutupinya, mereka menggunakan gambar-gambar dan foto-foto operasi udara Rusia untuk kepentingan politik mereka.
Demikian juga dengan masalah ribuan teroris yang melarikan diri dari Aleppo. Mereka memanfaatkannya untuk memenuhi agenda politik ZOG. Setelah proyek penghancuran Suriah terancam mengalami kegagalan akibat campur tangan Rusia, mereka pun mencari alasan untuk mengirim pasukan ke Suriah demi mencegah kehancuran lebih besar proyek mereka.
Setelah bertahun-tahun Aleppo hancur oleh aksi para teroris pemberontak Suriah dan Turki turut berperan dalam penghancuran itu, secara tiba-tiba saja Perdana Menteri Turki Davotoglu mengatakan tentang 'hutang sejarah' Turki kepada Aleppo. Untuk itu, ia mengatakan Turki akan mengirim pasukan untuk 'menyelamatkan' Aleppo.
Ini terjadi hanya beberapa hari setelah Saudi, Qatar, dan Uni Emirat mengatakan kesiapan untuk mengirim pasukan ke Suriah, dan pernyataan ini didukung oleh pemerintah Amerika.
Sementara Rusia telah mengendus persiapan Turki untuk menyerang Suriah dan mengingatkan untuk tidak melakukan hal itu, dan Iran memperingatkan Saudi untuk tidak turut campur dalam konflik Suriah, negara-negara ZOG membutuhkan alasan untuk menyelamatkan para teroris yang melarikan diri dari Aleppo. Maka dibuatlah alasan dengan memanfaatkan para teroris yang melarikan diri itu dan menyebutnya sebagai 'krisis pengungsi'.
Kanselir Jerman Angela Merkel, sebagai contoh, dalam kunjungan ke Turki minggu ini, mengatakan kepada wartawan bahwa ia 'khawatir dengan krisis kemanusiaan yang disebabkan oleh serangan udara Rusia di sekitar Aleppo'. Padahal selama ini ia tidak pernah merasa 'khawatir' dengan krisis kemanusiaan di Suriah yang telah menelan korban hingga 250.000 jiwa.
Sementara 'Voice of America', media pemerintah Amerika, melaporkan: "Offensif pasukan Suriah yang didukung Rusia, pasukan dan milisi dari Iran, Lebanon, Afghanistan, telah memicu terjadinya krisis kemanusiaan dengan larinya ribuan warga sipil menuju perbatasan Turki, kata para aktifis politik dan komandan pemberontak."
Lihatlah, bagaimana 'Voice of America' menggunakan 'para aktifis politik' dan 'komandan pemberontak' sebagai narasumber. Padahal setidaknya sebagian dari mereka adalah para teroris.
Hal ini diikuti dengan langkah serius negara-negara ZOG dengan menggelar pertemuan di Brussels untuk membicarakan rencana penggelaran pasukan di Suriah.(ca)
Teroris Lari dari Aleppo, Media Barat Sebut Eksodus Pengungsi
Reviewed by mm
on
00:33:00
Rating: