Ada Apa dengan Orang-Orang Shiah Indonesia?

Indonesian Free Press -- Momen pilpres tahun 2014 lalu memperlihatkan fenomena menarik bagi saya, yaitu keberpihakan mayoritas orang-orang Shiah Indonesia kepada capres Jokowi.

Tentu saja tidak semua orang Shiah memilih Jokowi. Saya sendiri punya beberapa teman Shiah yang memilih Prabowo, sama seperti saya. Namun, harus diakui bahwa mayoritas orang Shiah di Indonesia adalah pendukung Jokowi.

Seperti saya, orang-orang Shiah yang memilih Prabowo memiliki kesamaan visi nasionalisme, dan memilih karena menggunakan rasio. Prabowo memiliki semua kelebihan untuk menjadi pemimpin negara besar seperti Indonesia dibandingkan Jokowi, yang hanya berpengalaman menjadi walikota dan gubernur karbitan selama setahun.

Sebagai pensiunan jendral pasukan khusus Prabowo unggul dalam segi fisik dan mental. Sebagai putra kandung seorang pejuang kemerdekaan dan politisi serta birokrat nasional, Prabowo memiliki nasionalisme dan wawasan kebangsaan lebih luas. Prabowo juga lebih independen secara ekonomi dan politik, karena ia adalah pengusaha nasional yang 'memiliki' parpol ketiga terbesar di Indonesia (Gerindra).

Awalnya saya heran saja dengan fenomena pro-jokowi ini. Kemudian saya mencoba untuk mengorek keterangan tentang alasan mereka memilih Jokowi. Hampir semuanya beralasan sama: Prabowo otoriter dan kejam. Khas hasil kampanye massif media massa tentang Prabowo. Padahal faktanya Prabowo tidak pernah terlibat dalam pelanggaran HAM, namun media-media massa telah membunuh kharakternya sedemikian rupa.

Mereka tidak mau menilai Prabowo secara rasional dan hanya mengikuti persepsi publik yang dimainkan media massa. Bagi saya ini adalah memalukan, mengingat sebagian besar orang-orang Shiah di Indonesia adalah orang-orang yang 'melek' informasi, berpendidikan dan dalam keyakinan ke-Shiah-an mereka, mereka mengklaim berdasarkan akal sehat. Tapi dalam pilpres kemarin, semuanya itu tidak ada artinya sama sekali.

Hal ini mendorong saya untuk menganalisanya lebih jauh. Dan setelah melakukan kajian yang cukup lama, saya bisa mengetahui faktor yang mendorong orang-orang Shiah Indonesia mendukung Jokowi, yaitu 'sindrom minoritas tertindas'.

Ketika seseorang merasa terasing dengan masyarakat di sekitarnya, ia akan mencari teman yang dianggap satu visi dan senasib. Dalam hal orang-orang Shiah Indonesia, mereka menemukan kelompok-kelompok minoritas dan orang-orang Islam yang telah tercemari faham liberalisme sebagai teman-teman baru, dimana mereka merasa nyaman berkumpul. Apalagi setelah mereka merasakan bahwa orang-orang Islam liberal dan minoritas itu lebih sopan, 'wangi', tajir, mapan dan mampu memberi kesempatan untuk eksis karena mereka menguasai akses media massa, birokrasi dan jaringan sosial.

Musuh yang sama menyatukan, kepentingan yang sama mencerai-beraikan. Begitu kira-kira kata-kata bijak yang sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Dua ekor srigala yang berkelahi memperebutkan bangkai akan bersatu untuk menyingkirkan seekor beruang yang hendak merebut bangkai tersebut.

Karena mengidentifikasi orang-orang Islam non-Shiah sebagai 'musuh bersama', maka orang-orang Shiah Indonesia saling bahu-membahu dengan orang-orang liberal dan minoritas. Mereka akan memusuhi siapa yang didukung orang-orang Islam dan mendukung siapa yang dimusuhi orang-orang Islam non-Shiah.

Hal ini tampak sangat jelas dalam 'fenomena Ahok'. Orang-orang Shiah Indonesia sangat intens terlibat untuk mempromosikan Ahok sebagai gubernur DKI. Padahal Ahok bukan orang Islam dan jauh dari kapasitas sebagai pemimpin, baik dilihat dari akhlaknya maupun kapabilitasnya. Selain menjadi terduga kuat korupsi bus karatan TransJakarta dan Rumah Sakit Sumber Waras, Ahok gagal mengatasi dua persoalan dasar Jakarta, yaitu banjir dan kemacetan. Hal ini masih diperparah lagi dengan akhlak Ahok yang buruk karena tidak bisa mengendalikan amarah.

Namun, hanya karena Ahok ditolak oleh mayoritas orang Islam, orang-orang Shiah itu justru mendukungnya. Mereka rela melakukan tindakan-tindakan 'nista' seperti menafsirkan larangan mengangkat pemimpin non-muslim sesukanya, padahal teksnya sudah sangat jelas dalam Al Qur'an, atau larangan berteman dengan orang-orang non-Islam dengan meninggalkan saudara-saudara seiman.

Para Imam Shiah sendiri telah memberikan tauladan yang sangat indah, sekaligus jelas dan tegas, tentang pentingnya menjaga persatuan umat Islam. Demi persatuan dan tegaknya Islam, Imam Ali, Hasan, Hussein dan para Imam lainnya rela mengabaikan hak kepemimpinan mereka, sehingga agama Allah bisa tersebar ke seluruh dunia. Dengan dukungn Imam Ali, Khalifah Umar bisa menguasai Palestina, Parsia dan Mesir. Dan dengan dukungan Ali juga, Khalifah Usman bin Affan bisa menguasai Maghribi (Afrika Utara). Imam Ali bahkan rela menanggung risiko kehilangan putra-putranya dan kaum kerabatnya demi menjaga rumah Usman bin Affan dari serangan orang-orang yang hendak membunuhnya.

Sebaliknya, orang-orang Shiah Indonesia justru rela mengorbankan persatuan umma Islam demi mengikuti hawa nafsunya dan hawa nafsu orang-orang musrik dan kafir, yang menginginkan bangsa Indonesia dengan mayoritas ummat Islamnya, menjadi sapi perahan kepentingan asing dan zionis internasional.

Meski ada sekelompok kecil orang yang telah 'tersesat' dengan faham khawarij-wahabi-salafi, mayoritas ummat Islam Indonesia adalah orang-orang Islam yang baik. Perbedaan mereka dengan Shiah hanyalah dalam masalah kepemimpinan ahlul bait. Mereka adalah saudara-saudara orang-orang Shiah, yang menyembah Tuhan yang sama dan mentauladani Rosul yang sama. Mereka adalah orang-orang tua, saudara, dan kerabat orang-orang Shiah sendiri. Sangat tidak patut untuk meninggalkan mereka dan mendukung orang asing yang tidak seiman.

Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk mendiskreditkan orang-orang Shiah Indonesia. Selama tiga tahun terakhir saya telah menjalin hubungan yang menyenangkan dengan mereka. Tulisan ini justru dimaksudkan untuk menghindarkan orang-orang Shiah dari permainan zionis internasional, sebagaimana dialami oleh saudari Emilia Renita dan kawan-kawan.

Meski beberapa orang Shiah telah diuntungkan dengan permainan zionis internasional, dengan menjadi anggota parlemen dan sebagainya, sebagian besar orang-orang Shiah hanyalah 'ikut-ikutan' dalam permainan. Padahal mereka-lah yang bakal menanggung risiko paling berat. Emilia Renita mungkin bisa terbang ke Australia menyusul ulama panutannya. Tapi tidak dengan sebagian besar orang-orang Shiah Indonesia. Cukuplah peringatan dari mantan Kepala Staff Umum TNI Suryo Prabowo tentang sepak terjang Ahok dan pendukung-pendukungnya.

�Kalau sayang dengan teman-teman atau sahabat dari etnis tionghoa, tolong diingatkan agar jangan ada etnis tionghoa yg sok jago ketika berkuasa atau dekat dengan penguasa,� tulis Suryo Prabowo, Selasa (15/3), seraya mengingatkan peristiwa-peristiwa tragedi yang menimpa orang-orang keturunan Cina sepanjang sejarah Indonesia.

Peringatan ini sangat serius, karena diucapkan oleh seorang tokoh senior TNI. Ia tentu tidak sedang menggigau atau main-main. Peringatan ini harus dilihat sebagai mewakili unsur-unsur dalam keluarga besar TNI yang gerah melihat sepak terjang Ahok selama ini.

TNI memiliki hubungan emosional yang sangat erat dengan organisasi-organisasi Islam Indonesi, yang terukir dalam sejarah panjang negeri ini, yang puncaknya adalah kerjasama keduanya menghancurkan pemberontakan PKI. Ketika keduanya bersatu, insya Allah tidak ada kekuatan di dunia ini yang bisa mengalahkannya.

Peringatan seperti itu bahkan sebenarnya telah disampaikan oleh tokoh-tokoh keturunan Cina sendiri, yang masih bisa berfikir jernih.

Dukungan orang-orang Shiah kepada Ahok secara otomatis menempatkan mereka ke dalam kubu-Ahok, yang sangat berisiko menjadi sasaran kemarahan orang-orang yang tidak menyukai Ahok. Cap pendukung orang 'kafir' akan semakin menjauhkan orang-orang Shiah Indonesia dari saudaranya orang-orang Sunni untuk jangka waktu yang sangat lama.

Jika terjadi konflik, mereka bahkan bisa menjadi sasaran amukan massa, sebagaimana orang-orang PKI dahulu.(ca)
Ada Apa dengan Orang-Orang Shiah Indonesia? Ada Apa dengan Orang-Orang Shiah Indonesia? Reviewed by mm on 08:19:00 Rating: 5
Powered by Blogger.